Minggu, 28 Desember 2014

Ultrasonic Test (Ilmu Pengetahuan Bahan)

IV ULTRASONIC TEST

Uraian Materi
Gelombang Ultrasonic adalah gelombang mekanik seperti gelombang suara yang frekuensinya lebih besar dari 20 kHz. Gelombang ini dapat dihasilkan dari probe yang berdasarkan perubahan energi listrik menjadi energi mekanik. Sebaliknya probe juga dapat mengubah energi mekanik menjadi energi listrik. Selama perambatannya di dalam material, gelombang ini dipengaruhi oleh sifat-sifat bahan yang dilalui, misalnya massa jenis, homogenitas, besar butiran, kekerasan dan sebagainya. Sehingga gelombang ini dapat dipakai untuk mengetahui jenis bahan, tebal dan ada tidaknya cacat di dalam bahan tersebut. Gelombang Ultrasonic dapat dipantulkan dan dibiaskan oleh permukaan batas antara dua bahan yang berbeda. Berdasarkan sifat pantulan tersebut dapat ditentukan tebal bahan, lokasi cacat serta ukuran cacat.
               Prinsip Dasar Ultrasonic
Pemeriksaan tebal bahan atau adanya cacat dalam bahan dengan gelombang ultrasonic dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : teknik resonansi, teknik transmisi dan, teknik gema. Dari ketiga teknik tersebut, teknik gema kontak langsung paling sering digunakan terutama pada pemeriksaan dilapangan.
a)    Pantulan/Gema
Pada teknik ini, probe secara bergantian mengeluarkan dan menerima getaran. Tebal bahan dan letak cacat ditentukan dari letak getaran/gema pada layar osiloskop, sedangkan besarnya ditentukan dari simpangan tinggi getaran yang diterima kembali. (Gambar 4.1 Rangkaian pesawat ultrasonic
b)   Gelombang Ultrasonic
Gelombang ultrasonic adalah gelombang mekanik seperti suara, yang frekuensinya lebih besar dari pada 20 kHz. Gelombang ini mempunyai besaran fisis seperti pada suara yakni panjang gelombang, kecepatan rambat, waktu getar, amplitudo , frekuensi , fasa  dan sebagainya. Formula yang berlaku bagi gelombang suara berlaku pula pada gelombang ultrasonic, misal 
Hukum seperti hamburan, difraksi, disfersi, disperse dan hukum gelombang ultrasonic. Tetapi dalam bahasan selanjutnya diutamakan perhitungan tentang jarak, panjang gelombang, pantulan dan pembiasan. Dalam perambatannya pada bahan yang sama, kecepatan dan frekuensi dianggap tetap. Dalam perambatannya dalam berbagai bahan, frekuensi gelombang selalu dianggap tetap, sedangkan kecepatan rambat bergantung pada jenis bahan dan mode gelombang. Frekuensi yang sering digunakan untuk uji tanpa rusak umumnya antara 250 kHz-15 MHz, sedangkan pada pemeriksaan las digunakan frekuensi 2 MHz-6 MHz.

c)    Mode
Dari cara bergetar dan perambatannya maka gelombang ultrasonic dapat menjalar di dalam bahan dalam berbagai mode :
1)   Mode Longitudinal
          Mode Longitudinal terjadi bila gelombang ultrasonic merambat pada suatu arah sejajar dengan arah gerakan atom yang digetarkan, misal atom digerakkan kekanan dan kekiri sedangkan gelombang bergerak merambat kearah kekiri atau kekanan. Gelombang longitudinal dapat merambat pada semua bahan, baik gas, cair maupun padat.
2)   Mode Transversal
Mode Transversal terjadi bila gelombang ultrasonic merambat pada suatu arah tegak lurus pada arah gerakan atom yang digetarkan, misal atom digetarkan keatas dan kebawah, sedangkan gelombang merambat kearah kanan dan kiri. Gelombang transversal hanya bisa merambat pada benda padat (Gambar 4.2 Mode Gelombang Transversal dan Longitudinal).

3)   Mode Permukaan
Mode Permukaan terjadi bila gelombang transversal merambat pada permukaan. Gerakan atom yang bergetar berbentuk elips. Sesuai dengan namanya gelombang permukaan hanya merambat pada permukaan padat dengan kedalaman maksimum satu panjang gelombang (Gambar 4.3 Mode Permukaan).

4)   Mode Plat
Mode plat terjadi pada bila gelombang transversal merambat pada bahan pelat tipis yang tebalnya kurang dari setengah panjang gelombang. Gerakan atom yang bergetar berbentuk elips. Gelombang pelat merambat pada seluruh benda uji tipis tersebut, baik dalam bentuk gelombang simetris atau gelombang asimetris.
d)   Perubahan Mode
Gelombang ultrasonic yang merambat dalam suatu bahan dapat merubah mode dari satu mode ke mode lainnya. Perubahan mode ini terjadi misalnya karena pantulan atau pembiasan. Bila mode berubah maka kecepatan rambatnya berubah, sedangkan frekuensinya tetap, akibatnya panjang gelombangnya juga akan berubah.
e)    Kemampuan Deteksi
Cacat kecil dapat memantulkan kembali gelombang ultrasonic bila permukaannya cukup luas. Cacat terkecil yang dapat dideteksi oleh gelombang ultrasonic adalah bila :
minimum = …………………………………………………………………………………(4.6)
f) Kecepatan rambat dan panjang gelombang
Kecepatan rambat (v) gelombang ultrasonic dalam suatu bahan tergantung pada jenis bahan yang dilalui oleh mode gelombang tersebut.
g)   Transmisi
Bila gelombang ultrasonic menjalar dari bahan yang satu ke bahan dua tegak lurus pada permukaan batas pada kedua bahan tersebut, maka sebagian bahan akan diteruskan sedangkan sebagian lagi dipantulkan. Intensitas yang diteruskan atau dipantulkan tergantung pada koefisien transmisi atau refleksinya.
h)  Probe (Transducer)
Dalam suatu probe dapat berisi suatu kristal yang disebut probe tunggal, tetapi dapat pula berisi dua kristal yang identik (probe kembar). Bila bidang permukaan kristal sejajar dengan bidang permukaan probe, maka disebut probe normal. Dalam probe normal gelombang yang keluar dari probe adalah gelombang longitudinal dan arah tegak lurus terhadap permukaan probe. Bila bidang permukaan tidak sejajar dengan probe maka disebut probe sudut. Gelombang yang masuk ke benda uji adalah gelombang transversal dan membentuk sudut tertentu terhadap garis normal permukaan probe. Jadi ada empat macam probe yakni : probe normal (tunggal dan kembar) dan Probe sudut (tunggal dan kembar).
Selain empat macam probe diatas terdapat satu jenis probe tunggal lainnya yaitu probe universal dimana kristal dapat diputar dari luar probe sehingga dapat berfungsi sebagai probe normal maupun probe sudut.
1)   Probe normal
Probe normal digunakan untuk mengukur tebal bahan, menentukan lokasi cacat yang sejajar dengan permukaan benda uji dan menetukan ukuran cacat tersebut.
a)    Pengukuran tebal bahan
Untuk mengukur tebal bahan, range harus dipilh berdasarkan perkiraan tebal benda uji. Setelah kalibrasi dengan range yang sesuai, probe diletakkan pada benda uji untuk memperoleh indikasi.
Tebal bahan ditentukan dari :
D = (Sk/10) x range...........................................................................................................(4.10)
b)   Penentuan lokasi cacat
Perhitungan jarak dapat dilakukan seperti pada pengukuran tebal, bila indikasi yang muncul banyak maka indikasi harus dianalisa satu-persatu, dimulai dari indikasi pertama.
c)    Kalibrasi probe normal
Setiap kali digunakan, pesawat ultrasonic harus dikalibrasi dengan bantuan blok kalibrasi, misal blok kalibrasi V1 stepwedge dan sebagainya

 

Kalibrasi dimaksudkan untuk menyesuaikan skala 0-10 pada layar dengan jangkauan dari gelombang ultrasonic dalam benda uji/blok kalibrasi. Jarak yang dikalibrasi adalah jarak tempuh yakni jarak yang dilalui oleh gelombang-gelombang dalam benda uji/blok kalibrasi. Untuk mengkalibrasi range 100 mm maka mula-mula pulsa harus timbul pada skala 0. Tombol range kasar di set pada 100 mm dan probe diletakkan pada ketebalan 25 mm dari blok kalibrasi V1. Indikasi yang timbul pada layar harus berjumlah 100/25 = 4 buah dan terletak pada skala :

Agar indikasi menempati skala yang seharusnya,tombol range halus dan tombol penggeser pulsa harus diputar secara bergantian. Bila seluruh indikasi menempati skala-skala tersebut secara tepat, maka kalibrasi telah selesai dan pesawat siap digunakan untuk pengukuran. Kalibrasi harus diulang bila terjadi pergantian probe, kabel probe maupun bila alat dinyalakan kembali. Perlu diperhatikan bahwa untuk kalibrasi jarak diperlukan timbulnya minimum 2 buah indikasi tidak termasuk pula awal. Karena jarak yang sesuai dengan ketebalan bahan adalah jarak antara dua indikasi, bukan jarak antara dua buah pulsa awal dan indikasi pertama.
2)      Probe sudut
Probe sudut hanya digunakan untuk menentukan lokasi dan besar cacat yang memiliki permukaan yang membentuk sudut tehadap permukaan benda uji. Hal yang memudahkan dalam pengukuran dengan probe sudut adalah bahwa dari suatu cacat umumnya menghasilkan satu indikasi sehingga mudah dianalisa.
a)    Penentuan lokasi cacat
Penetuan lokasi cacat dengan probe sudut memerlukan ketelitian yang lebih tinggi dibandingkan dengan probe normal karena dituntut suatu kondisi dimana indikasi yang muncul pada layar harus maksimum, agar dapat diyakini bahwa cacat berada pada central beam.
b)   Kalibrasi Probe Sudut
Pelaksanaan probe sudut lebih sulit dibandingkan dengan kalibrasi probe normal. Hal ini disebabkan karena posisi probe harus tepat yang dapat diketahui dari amplitudo indikasi yang timbul pada layar. Posisi probe yang tepat akan menimbulkan indikasi yang amplitudonya maksimum. Bila amplitudo belum maksimum maka posisi probe belum benar dan hasil kalibrasi maupun pengukurannya belum benar.
1)        Sebelum melakukan kalibrasi hal yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah menentukan exit point pada probe dan mengecek sudut dari probe yang akan kita gunakan,apakah masih presisi atau tidak, karena probe yang sering digunakan akan mengalami keausan sehingga sudutnya tidak presisi lagi. Sudut bias gelombang yang masuk kedalam benda uji dapat dapat diukur dengan beberapa macam.
2)        Pengukuran sudut dengan blok kalibrasi dapat dilakukan dengan cara meletakkan probe pada V1 menghadap lengkung 100 mm. Probe digeser maju-mundur disekitar skala yang sesuai dengan sudut probe sehingga diperoleh indikasi maksimum.
3)        Kalibrasi jarak
·           Jarak tempuh
Indikasi 1    = 100/200 x 10 = 5 mm
Indikasi 2    = (2x100)/200 x 10 = 10 mm
Penempatan indikasi pada skala diatas dilakukan dengan cara mengatur tombol range dan tombol penggeser pulsa.
·           Kalibrasi dengan blok V2
Blok V2 memiliki 2 lengkungan konsentris berjari-jari 25 mm dan 50 mm. Untuk itu dapat memahami terjadinya indikasi pada layar maka perlu diikuti perambatan gelombang pada blok kalibrasi V2. Secara umum bila lengkungan adalah r1 dan r2 maka indikasi mewakili jarak-jarak:
r1= r1+(r1+r2); r1+2(r1+r2)  dan seterusnya (probe menghadap r1)
r2= r2(r1+r2); r2+2(r1+r2)  dan seterusnya (probe menghadap r2)

4.4  Bahan
1) Couplant / Oli
2) Tissue

4.5  Langkah Kerja
Pada pelaksanaan pengujianUltrasonic ini, terdapat beberapa prosedur yang harus dilakukan. Prosedur tersebut adalah sebagai berikut :
1)   Mempersiapkan peralatan dan bahan-bahan yang akan digunakan.
2)   Menentukan Range, sesuai dengan ketebalan material yang akan diinspeksi kemudian melakukan kalibrasi menggunakan blok kalibrasi V1 pada ketebalan 25 sehingga didapat indikasi
3)   Mengoleskan oli pada blok, kemudian menempelkan probe yaitu probe normal pada bidang tersebut sehingga muncul  indikasi pada layar pesawat ultrasonic.

Indikasi yang timbul pada layar berjumlah 4 buah sesuai perhitungan sebelumnya dan terletak pada skala 
4)   Jika kalibrasi sudah dilakukan dengan benar, ambil spesimen, mengoleskan oli dan probe normal diletakkan pada sisi yang akan diuji, lihat skala pada layar kemudian lakukan pengukuran tebal spesimen diperoleh 30 mm. Setelah itu baru mencari indikasi pada spesimen.
5)   Mencatat pada titik berapa indikasi yang muncul pada layar pesawat ultrasonic setelah probe diletakkan pada spesimen.
a)     Indikasi yang muncul pada monitor          b)  Penandaan indikasi pada benda uji pesawat ultrasonic
6)   Menggambar ukuran serta posisi cacat pada spesimen.

4.Hasil Pengujian dan Analisa

Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Benda Uji
No
Bentuk Indikasi
Ukuran
Tebal Benda Uji
Panjang Benda Uji
1.
Balok A
30 x 30 mm
30 mm
145 mm
2.
Tabung B
Ø40 mm
30 mm
145 mm
3.
Balok C
35 x 35 mm
30 mm
145 mm
    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar