Selasa, 20 Juni 2017

FORMAT PENULISAN TUGAS AKHIR DALAM BENTUK BUKU

1.     Teknis Penulisan

1.1 Tata letak kertas

       Penulisan Tugas Akhir (TA) menggunakan komputer dengan kertas HVS berukuran A4 berat   80  g/m3. Naskah Tugas Akhir dicetak dengan page setup sebagai berikut :

- Posisi kertas           Portrait
- Margin Atas            3  cm
- Margin Kiri             4  cm
- Margin Kanan         2,5 cm
- Margin bawah           2,5 cm
- Footer                        1,8 cm



1.2   Pencetakan

Penulisan naskah TA diketik dengan komputer,
1.      Jenis huruf  Times New Roman,
2.      Ukuran Font 12.
3.      Pada naskah asli, pencetakan gambar peta, gambar grafik dan lain-lain. dicetak berwarna.
4.      Naskah dicetak pada satu muka ( tidak bolak balik), berjarak satu setengah spasi
5.      Penyimpanan dari jarak satu setengah spasi tersebut menjadi satu spasi dilakukan pada notasi blok masuk kedalam, catatan kaki, judul keterangan  dan isi diagram, tabel, gambar dan daftar pustaka.
6.      Paragraf baru berjarak tiga spasi dari baris terakhir paragraf diatasnya.
7.      Huruf pertama paragraf baru dimulai dari batas tepi kiri naskah. Tidak dimulai pada dasar halaman, kecuali apabila cukup tempat untuk sedikitnya dua baris. Baris terakhir sebuah paragraf jangan diletakan pada halaman baru berikutnya, tinggalkan baris terakhir tersebut pada dasar halaman.
8.      Huruf pertama sesudah tanda baca koma (,), titik-koma (;), titik ganda (:) dan titik (.) dicetak dengan menyisihkan satu spase bar  dibelakang tanda baca tersebut.

2.    Penjilidan

2.1  Bentuk penjilidan adalah hardcover, berwarna biru tua, polos, dilaminasi, dan tidak boleh dijilid dengan ring.
2.2  Halaman kosong (jika diperlukan) untuk pemisah bab baru berbentuk kertas kosong ( berwarna ).
2.3  Naskah Tugas Akhir dipersiapkan tidak boleh mengandung kesalahan, ataupun perbaikkkan kesalahan


3.     Kaidah Penulisan

Penulisan Tugas Akhir mengikuti kaidah penulisan yang layak seperti :
  1. Penggunaan bahasa dan istilah yang baku dengan singkat dan jelas
  2. Mengikuti kelaziman penulisan pada disiplin keilmuan yang diikuti


4.      Pemakaian Bahasa Indonesia  Baku
       Bahasa Indonesia yang digunakan dalam naskah TA harus baik dan mentaati tata bahasa resmi,   kalimat harus utuh dan lengkap. Pergunakan tanda baca seperlunya agar dapat dibedakan anak kalimat dari induk kalimatnya, kalimat , keterangan dari kalimat yang diterangkannya dan sebagainya.

Kata ganti orang, terutama kata ganti orang pertama ( saya dan kami ), tidak digunakan, kecuali dalam kalimat kutipan. Kata terakhir pada dasar kalimat tidak boleh dipotong. Pemisahan kata asing harus mengikuti cara yang ditunjukkan dalam  kamus bahasa asing tersebut.

Gunakanlah buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, Pedoman Umum Pembentukan Istilah, Kamus Besar Bahasa Indonesia dan kamus-kamus bidang khusus yang diterbitkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdiknas.


5.       Abstrak

Menyajikan ringkasan yang informasi dan cermat yang mewakili suatu karangan ilmiah, tanpa tambahan kritik atau tafsiran pribadi dan tanpa menonjolkan siapa yang membuatnya. Biasanya diringkas menjadi satu halaman minimal 200  kata. Dicetak  satu spasi dan mempunyai batas tepi seperti pada penulisan TA.
Abstrak yang baik untuk meringkas suatu karangan ilmiah harus mencakup maksud, metoda, hasil kesimpulan dan pokok isi. Di dalam absrak tidak boleh ada referensi
Metoda  : Pernyataan tentang teknik yang dipakai waktu melakukan penelitian atau cara yang dipakai untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Teknik yang baru atau yang tidak lazim harus dijelaskan rinciannya.
Hasil      : Pernyataan tentang  apa yang didapat.
Kesimpulan : Pernyataan tentang tafsiran atau pengertian atas hasil.
Isi pokok : Informasi mengenai pokok isi karangan (latar belakang)

Diberi djudul ”ABSTRAK”, dan judul Tugas Akhir berjarak 3cm dari tepi atas kertas.  Kata  pertama atau awal paragraf baru dipisahkan dengan dua spasi dari  kalimat terkahir paragraf yang mendahuluinya.
Lembar absrak diakhiri dengan daftar kata kunci. (lihat contoh ).

6.       Penomoran Halaman

Halaman judul dan halaman persetujuan serta pengesahan tidak dituliskan nomor halamannya Halaman persiapan ( halaman sebelum masuk dalam bab ) di tulis dengan angka Romawi kecil ( i,ii,iii, dst).
Pada bagian naskah Tugas Akhir, nomor halaman diurutkan dari halaman bab pertama sampai terakhir ditulis dengan angka arab (1,2,3, dst.) diletakkan dibagian kanan bawah mergin 1,8 cm dari tepi bawah kertas dan 2,5 dari tepi kanan kertas.


7.       Jumlah halaman TA minimum 30, maksimum 50, tidak   termasuk lampiran.


8.       Tata Cara Penulisan Daftar Pustaka

8.1. Penulisan daftar pustaka dari majalah

Baker, A.A., Sosro, K., Suditomo, B. (1998), Pembakaran Hutan di Kalimantan, Majalah Kehutanan, 5, 23 – 25.
Cotton, F.A. (1998), Kinetics of Gassification of Brown Coal, J. Am. Chem Soc. 54, 38 – 43.

8.2. Penulisan daftar pustaka dari buku

Hill, R. (1997), The Mathematical Theory of Plasticity, Oxford Press, Oxford, 545 – 547.

8.3. Penulisan daftar pustaka dari prosiding

Stark, H. (1998), The Dynamics of Surface Adsorption, Proceedings of the International Congress on Current Aspects of Quantum Chemistry. London, U.K., Carbo R., Editor, Prentice Hall, 24 – 36.

8.4. Penulisan daftar pustaka dari buku yang tiap babnya ditulis oleh penulis yang berlainan disertai editor

Thomas, J. (1998), Pretreatment of Lanthanide, dalam Transition Elements, Bab 2, Scott, A.L, Editor, Oxford, 56 – 98.

8. 5. Penulisan Daftar Pustaka dari tugas akhir

Wijaya, R. (1996), Diagnosis Penyakit Tipus dengan Metode PCR, Disertasi Program Doktor, Institut Teknologi Bandung, 25 – 29.
    Urutan penulisan daftar pustaka diurut berdasarkan adjad


9.       Sistematika Penulisan Laporan Tugas Akhir

·         Susunan penulisan tugas akhir terdiri :
1.       Cover
2.       Halaman pengesahan
3.       Halaman persembahan
4.       Abstrak
5.       Abstract 
6.       Kata pengantar
7.       Daftar isi 
8.       Daftar gambar     
9.       Daftar tabel

·         Sistematika Laporan Tugas akhir adalah :
1.     Bab I   Pendahuluan
Pendahuluan berisi :
a.       Latar Belakang
b.       Tujuan
c.       Batasan Masalah
d.      Hipotesis
e.       Sistematika Pembahasan       
2.       Bab II     landasan teoritis permasalahan
3.       Bab III   metodologi pemecahan masalah
4.       Bab IV   analisa dan pembahasan
5.       Bab V     kesimpulan dan saran
6.       Daftar pustaka
7.       Lampiran


10. Kata Pengantar

Kata pengantar (preface, foreword) sebaiknya disusun secara ringkas dan tidak melebihi 2 halaman. Isinya antara lain mencakup :
1.      Kalimat pembuka
2.      Tempat dan waktu penelitian/karya nyata/pengumpulan data
3.      Ucapan terima kasih (hanya kepada yang berhubungan langsung dengan tugas akhir) dengan hirarki sebagai berikut :
  • Pimpinan perusahaan/lembaga/instansi
  • Pembimbing lapangan
  • Pimpinan Program Studi
  • Pembimbing I dan II
  • Lain-lain yang berkaitan langsung
4.      Kalimat penutup, isinya harus ada rasa percaya diri, misalnya : semoga tulisan ini bermanfaat bagi .............. dst.


11. Pembagian BAB dalam SUBBAB

Suatu bab dibagi menjadi subbab atau subjudul (sub title, sub heading).
Dalam penulisan subjudul perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1.      Hirarki penulisan subjudul
  • subjudul ke satu          3.1  HURUF BESAR TEBAL (capital bold)
  • subjudul ke dua           3.1.1  Huruf tebal (bold)
  • subjudul ke tiga           3.1.1.1  Huruf normal
  • untuk pembagian berikutnya gunakan a, b, c, d, … dst.
2.      Jarak antara subjudul dengan kalimat/baris pertama adalah 3 spasi.
3.      Penulisan subjudul  memakai huruf kecil kecuali untuk huruf pertama, nama-nama, dan symbol.
4.      Jarak antara alenia terakhir dengan subjudul baru adalah 4,5 spasi

12.  Penulisan Kutipan

Setiap kutipan ditulis sama dengan aslinya, baik mengenai susunan kat-kata, maupun tanda-tanda bacanya dan disebutkan asalnya sesuai dengan daftar pustaka. Jika tidak disebutkan asalnya, berarti hal tersebut adalah hasil karya penelitian sendiri dan harus dipertahankan dalam siding sarjana.
Penulisan kutipan dipisahkan dari teks, ditulis 1 spasi dengan ukuran huruf 10 pt, dibatasi dengan tanda petik, dan diketik 1,5 spasi dari teks sebelum dan sesudahnya.

Contoh :
Dalam konfernsi tahun 1964, UNESCO menetapkan patokan mengenai apa yang disebut buku, yaitu :
“…terbitan bercetak yang tidak berkala dengan tebal sekurang-kurangnya empat puluh sembilan halaman, tidak termasuk halaman sampul (Jacob, 1976; dalam Mansoor-Niksolihin, 1993)”.
























Senin, 29 Desember 2014

EDISI ARHANUD
























Tensile Test ( Ilmu Pengetahuan Bahan)



I  UJI TARIK (TENSILE TEST)

1.2         Uraian Materi
Salah satu sifat mekanik yang sangat penting dan dominan dalam suatu perancangan mesin, konstruksi dan proses manufaktur adalah kekuatan tarik (tensile strength). Kekuatan tarik adalah kemampuan suatu bahan untuk menerima beban atau tegangan tanpa menyebabkan material tersebut menjadi patah. Kekuatan tarik suatu bahan didapat dari hasil uji tarik (tensile test) yang dilaksanakan berdasarkan standart pengujian yang telah baku seperti ASTM, JIS, DIN dan yang lainnya. Untuk melakukan pengujian tarik, dibuat spesimen dari material yang akan diuji terlebih dahulu sesuai standart yang digunakan.
Pada pengujian tarik, spesimen diberi beban yang semakin besar secara kontinu dengan arah tegak lurus penampang melintangnya, Sebagai akibat pembebanan  tersebut, spesimen mengalami perubahan panjang. Perubahan beban (P) dan perubahan panjang ( ) akan tercatat pada mesin uji tarik berupa grafik yang merupakan fungsi beban dan pertambahan atau lebih dikenal sebagai grafik P- .
Dari gambar 1.4 di atas tampak bahwa sampai titik p perpanjangan sebanding dengan pertambahan beban. Pada daerah inilah berlaku hukum Hooke, sedangkan titik p merupakan batas berlakunya hukum tersebut. Oleh karena itu titik p disebut juga batas proporsional. Sedikit di atas titik p terdapat titik e yang merupakan batas elastis dimana bila beban di hilangkan maka belum terjadi pertambahan panjang permanen dan spesimen kembali ke panjang semula. Daerah di bawah titik e disebut daerah elastis. Sedangkan di atasnya disebut daerah plastis.
Di atas titik e terdapat titik y yang merupakan titik yield (luluh) yakni dimana logam mengalami pertambahan panjang tanpa pertambahan beban yang berarti. Dengan kata lain titik yield merupakan keadaan dimana spesimen terdeformasi dengan beban minimum. Deformasi yang yang dimulai dari titik y ini bersifat permanen sehingga bila beban dihilangkan masih tersisa deformasi yang berupa pertambahan panjang yang disebut deformasi plastis. Pada kenyataannya karena perbedaan antara ke tiga titik p, e dan y sangat kecil maka untuk perhitungan teknik seringkali keberadaan ke tiga titik tersebut cukup diwakili dengan titik y saja. Dalam kurva titik y ditunjukkan pada bagian kurva yang mendatar atau beban relatif tetap. Penampakan titik y ini tidak sama untuk semua logam. Pada material yang ulet seperti besi murni dan baja karbon rendah, titik y tampak sangat jelas. Namun pada umumnya penampakan titik y tidak tampak jelas. Untuk kasus seperti ini cara menentukan titik y dengan menggunakan metode offset.
Metode offset dilakukan dengan cara menarik garis lurus yang sejajar dengan garis miring pada daerah proporsional dengan jarak 0,2% dari regangan maksimal. Titik y didapat pada perpotongan garis tersebut dengan kurva P- 
Kenaikan beban lebih lanjut akan menyebabkan deformasi yang akan semakin besar pada keseluruhan volume spesimen. Beban maksimum ditunjukkan dengan puncak kurva sampai pada beban maksimum ini. Deformasi yang terjadi masih homogen sepanjang spesimen. Pada material yang ulet (ductile), setelahnya beban maksimum akan terjadi pengecilan penampang setempat (necking) sebagaimana ditunjukkan pada gambar 1.6. Setelah necking, beban turun sampai akhirnya spesimen patah. Sedangkan pada material yang getas (brittle), spesimen akan patah sesaat setelah tercapai beban maksimum.

1.2.1   Grafik Tegangan-Regangan Teknik
Hasil pengujian yang berupa grafik atau kurva  tersebut sebenarnya belum menunjukkan kekuatan material, tetapi hanya menunjukkan kekuatan spesimen saja. Untuk mendapatkan kekuatan materialnya maka grafik  tersebut harus dikonversikan ke dalam tegangan-regangan teknik (grafik ). Grafik  dibuat dengan asumsi luas penampang spesimen konstan selama pengujian. Oleh karena itu penggunaan grafik ini terbatas pada konstruksi atau komponen mesin, yang mana deformasi permanen tidak diperbolehkan terjadi. 
Adapun langkah-langkah untuk mengkonversikan kurva menjadi  grafik  adalah sebagai berikut:
1)   Ubahlah kurva  menjadi grafik  dengan cara menambahkan sumbu tegak sebagai P dan sumbu mendatar sebagai .
2)   Tentukan skala beban (p) dan skala pertambahan panjang  pada grafik  . Untuk menentukan skala beban bagilah beban maksimal yang didapat dari mesin dengan tinggi kurva maksimal, atau bagilah beban yield (bila ada) dengan tinggi yield pada kurva. Sedangkan untuk menentukan skala pertambahan panjang, bagilah panjang setelah patah dengan panjang pertambahan panjang plastis pada kurva. Nilai pertambahan panjang plastis adalah pertambahan panjang total dikurangi pertambahan panjang elastis (pertambahan panjang sampai titik p atau titik y). Dari perhitungan tersebut akan didapatkan dataskala :
a)    Skala beban (P)        1 mm : ........... kN
Contoh : Skala beban 1 mm : 10 kN (baca : 1 mm panjang P pada kurva  senilai dengan beban 10 kN)
b)    Skala pertambahan panjang        1 mm : ........... mm
Contoh : Skala pertambahan panjang 1 mm : 0,567 mm (baca : 1 mm pertambahan panjang pada kurva  senilai pertambahan panjang0,567 mm)
c)    Ambillah 3 titik di daerah elastis, 3 titik di sekitar yield ( termasuk y), 3 titik di sekitar beban maksimal  (termasuk titik ultímate) dan satu titik patah (f). Tentukan besar beban dan pertambahan panjang ke sepuluh titik tersebut berdasarkan skala yang telah dibuat di atas. Untuk membuat tampilan yang baik, terutama pada daerah elastis,
d)   Konversikan kesepuluh beban (P) tersebut menjadi tegangan teknik  dengan menggunakan persamaan 1.1 dan konversikan pertambahan panjangnya menjadi regangan teknik  dengan memakai persamaan 1.2.
e)    Buatlah grafik dengan sumbu mendatar  dan sumbu tegak  berdasarkan ke sepuluh titik acuan tersebut. Grafik yang terjadi (gambar 1.7) akan mirip dengan kurva , karena pada dasarnya grafik  dengan kurva  identik, hanya besaran sumbu-sumbunya yang berbeda.

1.2.2   Grafik Tegangan-Regangan Sebenarnya
Grafik tegangan-regangan sebenarnya  dibuat dengan kondisi luas penampang yang terjadi selama pengujian. Penggunaan grafik ini khususnya pada manufaktur dimana deformasi plastis yang terjadi menjadi perhatian untuk proses pembentukkan. Perbedaan paling menyolok grafik ini dengan dengan grafik  terletak pada keadaan kurva setelah titik ultímate (tegangan ultimate). Pada grafik  setelah titik ultímate, kurva akan turun sampai patah di titik f (frakture), sedangkan pada grafik  kurva akan terus naik sampai patah di titik f. Kenaikkan tersebut disebabkan tegangan yang terjadi diperhitungkan untuk luas penampang sebenarnya sehingga meskipun beban turun namun karena tingkat pengecilan penampang yang terjadi lebih besar, maka tegangan yang terjadi juga lebih besar. Hubungan tegangan teknik dan tegangan sebenarnya serta regangan teknik t) dan tegangan sebenarnya s) dinyatakan pada persamaan 1.5 dan 1.6 :
1.2.3   Sifat Mekanik yang didapat dari uji tarik
1) Tegangan Tarik Yield
2) Tegangan Tarik Maksimum/ Ultimate
3)  Regangan Maksimum
4)   Modulus Elastisitas (E)
5)   Reduksi Penampang/Reduction of Area (RA )
6)   Resilien (Resilience)
      
1.3         Alat
1)   1 set Mesin uji tarik.
2)   1 Kikir.
3)   1 Jangka sorong.
4)   1 Ragum.
5)   1 Penitik.
6)   1 Palu
7)   1 Timbangan digital

1.4         Bahan
1)   1 spesimen uji tarik plat.
2)   1 spesimen uji tarik round bar.
3)   1 spesimen uji tarik deformat.
4)   1 lembar Kertas milimeter.

1.6         Langkah Kerja
1.    Menyiapkan spesimen
Ø Ambil spesimen tensile test plat dan jepit pada ragum.
Ø Ambil kikir, dan kikir bekas machining pada spesimen yang memungkinkan menyebabkan salah ukur.
Ø Ulangi langkah di atas untuk spesimen tensile test berbentuk round bar dan deformat.
2.    Pembuatan gauge length
a)    Ambil penitik dan tandai spesimen tensile test plat dengan dua titikan sejuh 50 mm.
b)    Posisikan gauge lenght tepat di tengah-tengah spesimen.
c)    Ulangi langkah di atas untuk spesimen tensile test berbentuk round bar.
d)   Ulangi langkah di atas untuk spesimen tensile test berbentuk deformat.
e)    Untuk spesimen deformat, gauge lenght-nya sebesar 8 x d . Dengan cara mencari L terlebih dahulu lalu dibagi 2. Lalu tandai tengah tengahnya dan jika Lo nya sudah diketahui. Lo nya dibagi dua lalu buat gauge lenghtnya.

3.    Pengukuran dimensi
4.    Catat hasil pengukuran pada lembar pengamatan yang ada.
5.    Pengujian pada mesin uji tarik
Ø Nyalakan mesin
Ø Ambil kertas milimeter dan letakkan pada tempatnya.
Ø Ambil spesimen tensile test plat pada ragum penarik.
Ø Berikan beban secara proporsional
Ø Sambil memperhatikan beban pada display, amati grafik yang terjadi dan terekam pada kertas milimeter.
Ø Pada saat grafik di kertas milimeter menunjukkan yield, yang ditandai dengan mulai membeloknya grafik dari garis lurus, maka lihat nilai beban saat itu dan catat pada lembar pengamatan sebagai beban yield.
Ø Saat grafik pada kertas milimeter mencapai puncak dan diperkuat dengan nilai beban yang maksimal pada display beban, catat nilai beban tersebut pada lembar pengamatan sebagai beban maksimal atau ultímate.
Ø Amati terus grafik dan ketika mulai menunjukan tanda-tanda akan turun, amati terus beban pada display, kemudian catat beban yang tampak pada display pada saat spesimen patah.
Ø Ulangi langkah tersebut untuk spesimen round bar dan spesimen deformat.
6.    Pengukuran dimensi setelah patah.
a)    Ambil spesimen plat yang telah mengalami tensile test lalu satukan lagi tepat pada patahannya, kemudian ukur dengan jangka sorong.
b)   Ukur lebar dan tebal pada daerah necking. Catat hasilnya pada lembar pengamatan.
c)    Ukur gauge length setelah patah dan catat hasilnya pada lembar pengamatan.
d)   Ambil spesimen round bar yang telah menglami tensile test, satukan lagi tepat pada patahannya, kemudian ukur  dengan jangka sorong .
e)    Ukur diameter pada daerah necking dengan dua kali pengukuran pada lokasi yang berbeda, rata-rata hasilnya serta catat pada lembar pengamatan.
f)    Ukur gauge length setelah patah dan catat hasilnya pada lembar pengamatan.
g)   Ambil spesimen deformat yang telah menglami tensile test,satukan lagi tepat pada patahannya, kemudian ukur  dengan jangka sorong.
h)   Ukur diameter pada daerah necking dengan dua kali pengukuran pada lokasi yang berbeda, rata-rata hasilnya serta catat pada lembar pengamatan.
i)     Ukur gauge length setelah patah dan catat hasilnya pada lembar pengamatan
7.    Bersihkan ruangan, kembalikan peralatan pada tempatnya dan asistensikan hasil pengujian pada dosen pengampu.